Minggu, 12 Januari 2020

Rolling (Pengerolan)

Rolling (Pengerolan)

Pengertian Rolling (Pengerolan)

Rolling atau pengerolan adalah proses pengurangan ketebalan atau proses pembentukan pada benda kerja yang panjang. Proses rolling dilakukan dengan satu set rol yang berputar dan menekan benda kerja supaya terjadi perubahan bentuk. Rolling pertama kali dikembangkan pada tahun 1500an.

Rolling dilakukan dalam dua tahap. Pertama dilakukan pada suhu yang tinggi atau disebut hot rollingHot rolling dilakukan untuk mengurangi dimensi bahan baku (ingot) secara besar-besaran. Setelah hot rolling selanjutnya dilakukan cold rolling, yaitu pengerolan pada suhu ruang. Pada cold rolling pengurangan dimensi tidak dilakukan secara besar-besaran karena proses ini memerlukan tenaga yang sangat besar. Cold rolling dilaksanakan sebagai finishing untuk mencapai dimensi yang sesuai, memperhalus permukaan benda kerja, dan meningkatkan sifat mekanis benda kerja.

Pada proses manufaktur modern, rolling biasanya diawali dengan proses pengecoran kontinu. Kombinasi antara pengecoran kontinu dan rolling bisa meningkatkan produktivitas. Di samping itu, kombinasi ini juga dapat mengurangi ongkos produksi.

Gambar 1. Rolling

Hot Rolling
Hot rolling merupakan tahap awal dari proses pengerolan material. Hot rolling dilakukan di atas suhu rekristalisasi. Material yang akan dirol biasanya berupa ingot atau logam hasil penuangan (pengecoran). Material tuang memiliki struktur yang kasar dan butir-butirnya tidak seragam. Karena struktur di dalamnya kasar dan tidak seragam, material tuang memiliki sifat yang getas dan ada kemungkinan memiliki lubang kecil (pori-pori). Dengan dilakukannya proses hot rolling, struktur material tuang dapat dikonversi menjadi struktur material tempa (wrought structure). Wrought structure memiliki butir-butir yang lebih halus dan rapi. Kondisi butir tersebut menjadikan material bersifat lebih ductile. Di samping itu proses hot rolling juga dapat menutup lubang-lubang kecil di dalam material.

Setiap material memiliki suhu pengerolan panas yang berbeda-beda. Pada aluminium paduan suhu yang digunakan sekitar 450 °C. Baja paduan menggunakan suhu pengerolan sekitar 1250 °C. Sedangkan material tahan panas menggunakan suhu pengerolan hingga 1650 °C.

Pengerolan panas atau hot rolling awal menghasilkan beberapa produk yang disebut sebagai bloomslab, dan billetBloom biasanya memiliki penampang persegi dengan sisi paling tidak sebesar 150 mm. Slab biasanya memiliki penampang persegi panjang. Sedangkan billet memiliki penampang persegi namun berukuran lebih kecil dibanding dengan bloomBloom dapat diproses lebih lanjut dengan proses pengerolan bentuk, sehingga menghasilkan bentuk-bentuk struktur seperti I-beam dan rel kereta. Slab dapat dirol menjadi plat dan lembaran material. Billet dirol dengan proses pengerolan bentuk menjadi batang persegi dan batang lingkaran.

Cold Rolling
Cold rolling atau pengerolan dingin merupakan proses akhir dari rangkaian proses pengerolan. Cold rolling dilakukan pada suhu ruang. Karena dilakukan pada suhu ruang, cold rolling memerlukan energi yang besar (karena material dengan suhu ruang memiliki kekuatan yang lebih besar) dan akan menghasilkan produk dengan sifat anisotropic.

Cold rolling bisa dibilang merupakan tahap finishing. Proses pengerolan ini menghasilkan permukaan akhir yang lebih baik. Selain itu cold rolling juga menghasilkan produk dengan dimensi yang lebih baik dan menghasilkan produk dengan kekuatan serta kekerasan yang lebih tinggi.

Secara kinematika, pengerolan diklasifikasikan menjadi tiga macam. Pertama disebut pengerolan longitudinal, kedua pengerolan transversal, dan pengerolan oblique.

Jenis-jenis dan Klasifikasi Pengerolan
Gambar 2. Klasifikasi Pengerolan Secara Kinematika

Selain secara kinematika, pengerolan juga diklasifikasikan menurut geometri dari die atau rol yang digunakan. Ada bermacam-macam proses pengerolan berdasarkan geometri die yang digunakan. Masing-masing geometri die atau rol ini akan menghasilkan bentuk-bentuk produk yang berbeda-beda. Berikut beberapa macam proses pengerolan berdasarkan geometri die:
  • Flat rolling,
  • Pack rolling,
  • Thread rolling,
  • Gear rolling,
  • Ring rolling,
  • Roll piercing,
  • Shape rolling,
  • Cross rolling,
  • Skew rolling,
  • Tube rolling.

Bentuk-bentuk Benda Kerja yang Dikerjakan dengan Rolling

Proses rolling dapat digunakan untuk membentuk:
  • Sheet,
  • Plat,
  • Strip,
  • Pipa,
  • Bar,
  • Rod,
  • Kawat,
  • Rel kereta,
  • Bentuk struktural (seperti I-beam, profil siku, dll).

Jenis Material yang Mampu Dikerjakan dengan Rolling

Material yang dapat dikerjakan dengan rolling antara lain:
  • Logam ferro,
  • Logam non ferro,
  • Logam paduan,
  • Plastik,
  • Serbuk logam,
  • Keramik,
  • Hot glass.

Material Rol (Komponen Pengerol)

Karakter dasar material yang dibutuhkan untuk membuat rol yakni memiliki kekuatan tinggi dan ketahanan aus yang tinggi. Material yang biasa digunakan untuk membuat rol antara lain: besi tuang, baja tuang, dan baja tempa. Rol dengan diameter kecil biasanya menggunakan material tungsten carbide. Rol untuk cold rolling umumnya memiliki permukaan yang halus. Pada beberapa aplikasi khusus, rol-rol tersebut juga harus dipoles.

Pelumasan

Pada hot rolling biasanya tidak menggunakan pelumasan. Hot rolling menggunakan larutan berbasis air untuk mendinginkan rol dan memecah kerak pada benda kerja. Pada logam non ferro biasanya diberi tambahan minyak, emulsion, dan fatty acid. Sedangkan pada cold rolling biasanya menggunakan campuran minyak dan air, atau pelumas dengan kekentalan rendah seperti paraffinfatty oil, dan emulsion.

Tujuan Proses Rolling

Proses rolling bertujuan untuk:
  • Mengurangi ukuran penampang benda kerja.
  • Memperoleh bentuk yang diinginkan.
  • Memperhalus ukuran butir benda kerja (struktur butir lebih halus).
  • Mengurangi kegetasan benda kerja (benda kerja awal biasanya berupa ingot hasil pengecoran yang bersifat getas).
  • Menghilangkan lubang-lubang kecil di dalam benda kerja (pada proses pengecoran biasanya ada gas yang terjebak di dalam benda kerja dan menyebabkan lubang-lubang kecil).
  • Meningkatkan kekuatan benda kerja.
  • Meningkatkan kekerasan benda kerja.
  • Memperhalus permukaan benda kerja.

Thermit Welding (TW)

Thermit Welding (TW)

Thermit welding (TW) adalah proses pengelasan di mana panas untuk penggabungan dihasilkan dari logam cair yang berasal dari reaksi kimia Thermit. Thermit merupakan merk dagang dari thermite, yakni sebuah campuran serbuk aluminium dan besi oksida yang bisa menghasilkan reaksi exothermic ketika dibakar. Bahan tambah atau filler pada pengelasan ini berupa logam cair. Logam cair tersebut dituang pada sambungan yang telah dilengkapi dengan cetakan. Proses penggabungan ini lebih mirip dengan pengecoran.

Gambar 1. Thermit Welding

Aplikasi Thermit Welding

Thermit welding digunakan untuk menyambung rel kereta dan memperbaiki keretakan pada baja tuang berukuran besar.

Laser Beam Welding (LBW)

Laser Beam Welding (LBW)

Laser beam welding (LBW) adalah proses pengelasan di mana penggabungan diperoleh dari energi yang terkonsentrasi tinggi, sorotan cahaya sederap difokuskan pada sambungan benda kerja. Istilah laser merupakan akronim dari light amplification by stimulated emission of radiation. Laser beam welding umumnya dioperasikan dengan gas pelindung untuk mencegah oksidasi. Gas pelindung yang digunakan contohnya adalah helium, argon, nitrogen, dan karbon dioksida. Pada LBW bahan tambah atau filler biasanya tidak diberikan.

Mirip dengan electron beam welding, laser beam welding menghasilkan las berkualitas baik, memiliki penetrasi yang baik, dan menghasilkan heat-affected zone yang sempit. Selain memiliki kelebihan yang sama dengan electron beam welding, laser beam welding memiliki kelebihan lain yang tidak dimiliki oleh electron beam welding. Kelebihan laser beam welding tersebut antara lain: tidak memerlukan ruang hampa, tidak memancarkan x-ray, dan dapat difokuskan serta diarahkan dengan lensa optik dan cermin.

Meskipun sama-sama memiliki penetrasi yang baik, penetrasi laser beam welding kurang begitu dalam dibanding electron beam welding. Kedalaman yang dapat dicapai oleh laser beam welding sekitar 19 mm, sedangkan pada electron beam welding sekitar 50 mm.
Gambar 1. Laser Beam Welding

Aplikasi Laser Beam Welding

Laser beam welding digunakan untuk mengelas komponen-komponen yang kecil.

Electron Beam Welding (EBW)

Electron Beam Welding (EBW)

Electron beam welding adalah proses pengelasan di mana panas untuk mengelas dihasilkan dari electron berintensitas tinggi yang difokuskan dan diarahkan pada benda kerja. Electron beam gun bekerja pada tegangan tinggi untuk mengakselerasikan electron dan menggunakan arus beam yang rendah. Daya yang digunakan pada EBW tidak besar, tetapi memiliki kerapatan yang tinggi. Kerapatan tinggi tersebut diperoleh dari pemfokusan electron beam menjadi luasan sangat kecil pada permukaan benda kerja.

Gambar 1. Electron Beam Welding

Pada awal pengembangannya electron beam welding dilakukan pada ruang hampa. Akan tetapi saat ini EBW telah dikembangkan untuk proses pengerjaan di ruang yang tidak hampa. Sehingga EBW dapat dibedakan menjadi:
  • High-vacuum welding (EBW-HV), di mana pengelasan dilakukan pada ruang hampa dengan tingkat hampa yang sama seperti pada ruang pembangkitan beam (pengelasan dilakukan satu ruang dengan pembangkitan beam).
  • Medium-vacuum welding (EBW-MV), di mana pengerjaan dilakukan pada ruang yang terpisah dengan ruang pembangkitan beam dan memiliki tingkat hampa yang sedang.
  • Non-vacuum welding (EBW-NV), di mana pengelasan dilakukan pada tekanan atmosfer atau mendekati tekanan atmosfer.

Aplikasi Electron Beam Welding

Electron beam welding dapat digunakan untuk mengelas banyak logam, bahkan logam-logam keras yang susah dilas dengan arc welding. Ukuran benda kerja yang dapat dilas dengan EBW berkisar antara benda setipis kertas hingga plat yang tebal. EBW banyak diterapkan di bidang otomotif, aerospace, dan industri nuklir.

Kelebihan Electron Beam Welding

Kelebihan electron beam welding antara lain:
  • Kualitas las sangat baik.
  • Las ramping.
  • Penetrasi sangat baik.
  • Mampu digunakan untuk mengelas benda kerja yang tebal dengan single pass.
  • Heat affected zone (HAZ) sedikit.
  • Distorsi panas rendah.
  • Kecepatan pengelasan tinggi.
  • Tidak memerlukan bahan tambah, flux, dan gas pelindung.

Kelemahan Electron Beam Welding

Kelemahan electron beam welding antara lain:
  • Biaya mahal.
  • Masalah kepresisian harus diperhatikan.
  • Memerlukan ruang hampa.
  • Bahaya x-ray.

Ultrasonic Welding (USW)

Ultrasonic welding (USW) adalah jenis pengelasan solid-state di mana dua benda kerja ditahan/dijepit bersamaan dan diberi getaran berfrekuensi ultrasonic supaya terjadi penggabungan. Gerak dari getaran melewati celah antara dua benda kerja yang dijepit secara lap joint. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya kontak dan ikatan metalurgi yang kuat antara kedua permukaan benda kerja. Panas pada proses USW dihasilkan dari gesekan antar permukaan benda kerja dan deformasi plastis. Suhu panas tersebut berada di bawah titik cair benda kerja.

Gambar 1. Ultrasonic Welding (USW)

Ultrasonic welding tidak memerlukan bahan tambah (filler). Flux juga tidak digunakan pada USW. Proses pengelasan ini juga tidak memerlukan gas pelindung. Proses ultrasonic welding secara khas menggunakan sambungan lap (lap joint). Frekuensi yang digunakan adalah 15 sampai 75 kHz, dengan amplitudo 0,018 sampai 0,13 mm.

Aplikasi Ultrasonic Welding

Ultrasonic welding secara umum digunakan untuk logam-logam lunak seperti tembaga dan aluminium. Ultrasonic welding sering digunakan untuk merakit lembaran aluminium dan pekerjaan perakitan kecil lainnya.

Friction Stir Welding (FSW)

Friction Stir Welding (FSW)

Friction stir welding (FSW) adalah proses pengelasan solid-state di mana sebuah tool yang berputar dimakankan sepanjang garis sambungan antara dua benda kerja. Tool yang berputar dan dimakankan pada garis sambungan tersebut menghasilkan panas serta secara mekanis menggerakkan (stirring; bentuk dasar: stir, sehingga diberi nama friction stir welding) logam untuk membentuk sambungan las. Perbedaan friction stir welding dengan friction welding adalah pada friction stir welding panas gesekan dihasilkan oleh tool tahan aus, sedangkan pada friction welding berasal dari benda kerja yang akan disambung itu sendiri.

Gambar 1. Friction Stir Welding
Gambar di atas menunjukkan shoulder dan probe. Shoulder dan probe merupakan komponen atau bagian dari tool. Shoulder berfungsi untuk menggesek benda kerja supaya menjadi panas dan memaksa logam yang sudah menjadi plastis untuk mengalir di sekitar probe. Probe dirancang dengan bentuk yang khusus. Probe digunakan untuk mengaduk logam secara mekanis sepanjang permukaan ujung (butt).

Aplikasi Friction Stir Welding

Friction stir welding digunakan di bidang aerospace, otomotif, kereta, dan perkapalan. Jenis sambungan yang digunakan adalah butt joint. Logam yang dapat dilas dengan FSW antara lain: aluminium, baja (steel), titanium, dan tembaga. Selain logam ada material lain yang dapat dilas dengan FSW yakni polimer dan komposit.


Kelebihan Friction Stir Welding

Kelebihan friction stir welding antara lain:
  • Sifat mekanis sambungan baik.
  • Terhindar dari asap beracun dan masalah-masalah lain yang dapat dijumpai pada arc welding.
  • Distorsi atau penyusutan kecil.
  • Bentuk las bagus.

Kelemahan Friction Stir Welding

Kelemahan friction stir welding antara lain:
  • Terdapat lubang ketika kita menarik tool dari benda kerja.
  • Penjepitan benda kerja harus kuat.

Friction Welding (FRW)

Friction Welding (FRW)

Friction welding adalah proses pengelasan solid-state di mana penggabungan diperoleh dari kombinasi panas akibat gesekan dan tekanan. Gesekan biasanya terjadi pada dua permukaan benda kerja yang berputar relatif satu dengan yang lain untuk meningkatkan suhu kedua permukaan benda kerja tersebut. Suhu yang dicapai biasanya berkisar antara suhu pengerjaan panas. Kedua benda kerja selanjutnya didekatkan dengan gaya yang pas untuk membentuk ikatan secara metalurgi.

Friction welding normalnya tidak menggunakan bahan tambah (filler). Pengelasan ini juga tidak memerlukan flux. Selain itu FRW juga tidak menggunakan gas pelindung (shielding gas) serta tidak terjadi pencairan benda kerja.

Proses Friction Welding

Gambar 1. Friction Welding
Proses friction welding:
  • Salah satu chuck beserta benda kerjanya berputar.
  • Benda kerja ditempelkan untuk menghasilkan gesekan dan panas.
  • Putaran dihentikan, gaya aksial diberikan supaya terjadi sambungan.
  • Las yang terbentuk. Hal yang harus diperhatikan adalah panjang benda kerja akan berkurang.

Karena memerlukan putaran untuk menghasilkan panas, mesin friction welding didesain mirip dengan mesin bubut. Mesin friction welding memerlukan spindle yang bertenaga untuk memutar salah satu benda kerja pada kecepatan tinggi. Mesin ini juga harus bisa menggeser benda kerja secara aksial baik pada chuck yang berputar maupun pada chuck yang tidak berputar.

Aplikasi Friction Welding

Friction welding biasanya digunakan untuk mengelas bermacam-macam poros dan komponen tubularFriction welding dapat dijumpai di bidang otomotif, pesawat terbang, peralatan pertanian, dan migas.