Proses Pencelupan Panas
Proses pencelupan panas merupakan proses mencelupkan benda atau material primer ke dalam kolam berisi cairan material lain. Setelah material primer diangkat, material lain tersebut akan melapisi material primer. Syarat dari proses pencelupan panas yakni material primer harus memiliki titik cair yang lebih tinggi daripada material pelapis. Pada proses ini, baja dan besi paling umum digunakan sebagai material primer. Sedangkan material pelapisnya antara lain seng, aluminium, timah, dan timbal. Proses pencelupan panas bekerja dengan membentuk lapisan transisi yang berupa perpaduan antara material primer dan material pelapis. Lapisan transisi tersebut memberikan lekatan yang baik antara material primer dan material pelapis.
Tujuan utama dari proses pencelupan panas yaitu untuk mencegah terjadinya karat. Ada dua mekanisme pencegahan terhadap karat yang dilakukan oleh material pelapis. Mekanisme pertama yakni sebagai pelindung, di mana material pelapis melindungi material primer. Mekanisme kedua sebagai tumbal, di mana material pelapis mengorbankan dirinya terlebih dahulu sehingga memperlambat terjadinya kerusakan pada material primer (dengan kalimat lain si perusak atau karat merusak material pelapis terlebih dahulu sebelum merusak material primer).
Pada paragraf pertama telah disebutkan macam-macam material yang dapat digunakan sebagai pelapis. Masing-masing jenis material pelapis tersebut memiliki istilah proses pencelupan yang berbeda-beda. Berikut ini istilah proses pencelupan pada masing-masing material pelapis:
Selain dipengaruhi oleh jenis material pelapisnya, kemampuan perlindungan terhadap karat juga dipengaruhi oleh ketebalan lapisan dan lingkungan di mana baja terlapis itu digunakan. Ketebalan lapisan biasanya dihitung dengan berat lapisan per satuan luas. Ketebalan yang dapat digunakan berkisar 150-900 g/m². Semakin lingkungan tersebut rawan menimbulkan karat, maka semakin tebal lapisan yang dibutuhkan.
Tujuan utama dari proses pencelupan panas yaitu untuk mencegah terjadinya karat. Ada dua mekanisme pencegahan terhadap karat yang dilakukan oleh material pelapis. Mekanisme pertama yakni sebagai pelindung, di mana material pelapis melindungi material primer. Mekanisme kedua sebagai tumbal, di mana material pelapis mengorbankan dirinya terlebih dahulu sehingga memperlambat terjadinya kerusakan pada material primer (dengan kalimat lain si perusak atau karat merusak material pelapis terlebih dahulu sebelum merusak material primer).
Gambar 1. Pelapisan dengan Seng |
Pada paragraf pertama telah disebutkan macam-macam material yang dapat digunakan sebagai pelapis. Masing-masing jenis material pelapis tersebut memiliki istilah proses pencelupan yang berbeda-beda. Berikut ini istilah proses pencelupan pada masing-masing material pelapis:
- Galvanizing merupakan proses pencelupan panas di mana seng digunakan sebagai pelapis untuk melapisi baja atau besi. Galvanizing biasanya diterapkan pada komponen seperti lembaran, strip, pipa, selang, dan kawat. Ketebalan lapisan berkisar 0,04 mm sampai 0,09 mm. Ketebalan tersebut sebagian besar dikontrol dengan durasi/waktu pencelupan. Suhu pencelupan sekitar 450°C.
- Aluminizing merupakan proses pencelupan panas di mana aluminium digunakan sebagai pelapis material primer. Penggunaan aluminium saat ini sedang meningkat dibanding penggunaan seng. Hal itu karena lapisan aluminium mampu menghasilkan perlindungan terhadap karat yang sangat baik. Selain itu pada beberapa kasus, lapisan aluminium lima kali lebih efektif daripada lapisan seng.
- Tinning merupakan proses pencelupan panas di mana timah digunakan sebagai material pelapis. Pelapisan menggunakan timah mencegah kerusakan yang bersifat racun. Tinning diterapkan pada kotak makanan, perabotan sehari-hari, dan soldering. Saat ini pencelupan panas dengan timah kurang populer. Kebanyakan menggunakan electroplating untuk membuat lapisan timah pada baja.
- Terneplating merupakan proses pencelupan panas di mana paduan timbal dan timah digunakan untuk melapisi baja. Komposisi paduan yang digunakan mayoritas adalah timbal dengan timah sebesar 2%-20%. Timah dibutuhkan untuk melekatkan lapisan. Proses terneplating merupakan proses yang paling murah. Proses ini menghasilkan perlindungan karat yang terbatas.
Selain dipengaruhi oleh jenis material pelapisnya, kemampuan perlindungan terhadap karat juga dipengaruhi oleh ketebalan lapisan dan lingkungan di mana baja terlapis itu digunakan. Ketebalan lapisan biasanya dihitung dengan berat lapisan per satuan luas. Ketebalan yang dapat digunakan berkisar 150-900 g/m². Semakin lingkungan tersebut rawan menimbulkan karat, maka semakin tebal lapisan yang dibutuhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar